
Apa yang ada dalam pikiran kita ketika membayangkan seseorang yang semangat belajar? Mungkin sebagian besar dari kita menggambarkan seseorang yang proaktif dalam menyampaikan pendapat, atau bertanya dengan suara lantang.
Kali ini kami mengajak teman-teman pembaca untuk berdiskusi tentang pemahaman motivasi dan interaksi, esensi mengucapkan “Semangat Pagi” dan haruskah kita melakukannya dalam produktifitas keseharian.
Memahami Arti Motivasi
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), motivasi adalah hasrat atau dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Hal menarik adalah ada banyak teori dan model yang membahas dan memahami sebuah motivasi. Ada yang melihatnya dari aspek content atau apa yang memotivasi kita. Ada juga yang melihatnya dari aspek process atau bagaimana sebenarnya kita termotivasi.
Dikutip dari berbagai sumber, ada beberapa model pemahaman motivasi yang akan coba kami jelaskan dalam artikel ini:
- Maslow’s Hierarchy of Needs. Memberikan gambaran bahwa motivasi kita didorong oleh “kebutuhan” kita. Maslow kemudian membagi kebutuhan kedalam 5 tingkatan yang berbeda.

- ARCS Model. ARCS Model ini diperkenalkan pertama kali oleh Prof. John M. Keller pada tahun 1979. Menurut ARCS model ada 4 faktor yang berpengaruh pada motivasi (belajar): Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction.

- Mayo Motivational Theory. Elton Mayo adalah profesor di Harvard University dari tahun 1926-1949. Beliau berargumentasi bahwa kita (pekerja) motivasi yang dihadirkan oleh lingkungan sosial dan hubungan dengan orang sekitar lebih besar daripada motivasi finansial.

Mengapa Interaksi Penting, dan Hubungannya dengan Motivasi
Dilansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), interaksi adalah hal saling melakukan aksi, berhubungan, memengaruhi. Salah satu alasan mengapa sebuah interaksi penting adalah karena interaksi penting untuk kesehatan mental kita. Ketika bicara dunia kerja, kesehatan mental terkait langsung dengan produktivitas.
Data dari WHO menunjukkan bahwa selama pandemi 42% pekerja (global) melaporkan penurunan kualitas tingkat kesehatan mental mereka dan menyebabkan penurunan produktivitas hingga senilai $1 trillion dalam satu tahun.
Ini yang menjadi salah satu pendorong kenapa sesi pembelajaran di level korporasi secara signifikan mulai berubah. Bukan lagi cuma sekedar upaya meningkatkan pemahaman,melainkan juga ruang untuk yang terlibat proses belajar merasa nyaman – bukan malah jadi beban dan memberatkan, sekedar menyelesaikan silabus/kurikulum.
Mudah-mudahan kesadaran pentingnya menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan, yaman untuk semua juga hadir di level Perguruan Tinggi, juga sekolah.
Apakah “Semangat Pagi” Benar-benar Memotivasi?
Dalam beberapa kegiatan pembelajaran, sapaan “semangat pagi!” juga berbagai yel-yel penyemangat lain sepertinya merupakan upaya untuk memompa motivasi peserta. Selain itu, dengan peserta kemudian menjawab “Pagi! Pagi! Pagi!” (atau jawaban lainnya), maka terbentuklah interaksi.
Selain itu jawaban peserta yang dilakukan bersama mungkin juga bisa jadi penyemangat/motivasi untuk peserta lainnya (seperti yang disampaikan Prof Mayo). Karena untuk sebagian dari kita waktu pagi mungkin adalah saat yang paling bersemangat.
Di lain sisi, ketika kita ada sesi di siang, sore atau malam hari. Sapaan “Semangat Pagi!” dan jawaban “Pagi! Pagi! Pagi!” mungkin justru berpotensi menghadirkan situasi mungkin tidak nyaman, karena mungkin tidak merasakan esensinya. Mungkin bagi sebagian orang, waktu pagi bukan saat dia merasa paling bersemangat. Mungkin saja, orang ini merasa paling semangatnya di siang, sore, atau bahkan malam hari.
Dari ARCS model, ketika sebuah sesi dibuka dengan hal yang berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan, maka ARCS jadi semakin sulit tercapai.
Mengacu pada sedikit paparan di atas, mari kita diskusi. Menurut teman-teman pembaca, haruskah kita berteriak “Semangat Pagi!” ketika kita berupaya menghadirkan motivasi dan interaksi? Silahkan bisa berbagi pandangan dan pendapat teman-teman dengan membagikan artikel ini di platform sosial media pembaca.
GABUNG KE GRUP TELEGRAM BEYOND GAME
Group Telegram “Beyond Game” hadir sebagai ruang untuk berbagi informasi dan cerita tentang update implementasi game-based learning, gamification, dan game secara lebih luas.
🔗 Gabung ke Group Telegram Beyond Game melalui tautan di bio kami: https://bit.ly/telegramBG
Referensi
https://www.youtube.com/watch?v=RSlc9IxdBw8
https://www.youtube.com/watch?v=woa2Qa8i80U
https://pmac.uk/news/the-importance-of-human-interaction/
https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpsyg.2020.00768/full
https://www.who.int/teams/mental-health-and-substance-use/promotion-prevention/mental-health-in-the-workplace
Related Posts

Miskonsepsi Game-Based Learning dan Gamification: Serupa Tapi Tak Sama
Sedikit flashback ke tahun 2011 dimana kami mulai memperkenalkan program game-based learning dan gamification di...

Pentingnya Game-Based Learning Untuk Kesehatan Mental di Tempat Kerja
Pentingnya Game-Based Learning Untuk Kesehatan Mental di Tempat Kerja Tak bisa dipungkiri, kesehatan mental...

Refleksi Agustusan: Upacara atau Permainan, Mana yang lebih Efektif?
Merujuk ke Permendikbud no 22 tahun 2018 upacara bendera bendera (di sekolah) memiliki beberapa tujuan, antara lain...