Bangun Motivasi & Interaksi Haruskah dengan Teriak “Semangat Pagi”?
Motivasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), didefinisikan sebagai hasrat atau dorongan yang muncul dalam diri seseorang, baik secara sadar atau tidak, untuk melakukan tindakan dengan tujuan tertentu. Dalam dunia pembelajaran dan kerja, memahami motivasi adalah kunci untuk meningkatkan kinerja dan keterlibatan.
Beberapa motivation model yang populer:
- Maslow’s Hierarchy of Needs: Teori ini menggambarkan bahwa manusia didorong oleh kebutuhan dasar yang berjenjang, mulai dari kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri. Setiap tingkatan mempengaruhi motivasi seseorang dalam mencapai tujuan tertentu.
- ARCS Model (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction): Model ini diperkenalkan oleh Prof. John M. Keller pada tahun 1979, yang menekankan empat faktor utama yang mempengaruhi motivasi belajar: perhatian, relevansi, kepercayaan diri, dan kepuasan.
- Mayo’s Motivational Theory: Menurut Elton Mayo, motivasi manusia di tempat kerja lebih banyak didorong oleh hubungan sosial dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dibandingkan dengan insentif finansial. Faktor sosial memainkan peran penting dalam meningkatkan motivasi.
2. Pentingnya Interaksi
Menurut KBBI, interaksi adalah hubungan timbal balik yang melibatkan aksi dan pengaruh antara individu-individu. Dalam konteks pembelajaran, interaksi tidak hanya penting untuk meningkatkan pemahaman, tetapi juga untuk mendukung kesehatan mental peserta.
Data dari laporan WHO selama pandemi menunjukkan bahwa 42% pekerja di seluruh dunia mengalami penurunan kualitas kesehatan mental, yang menyebabkan kerugian produktivitas hingga $1 triliun per tahun. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa interaksi sosial dan suasana yang mendukung menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran di level korporasi.
Setiap sesi pembelajaran, baik di tempat kerja maupun di lingkungan pendidikan, bukan hanya bertujuan menyampaikan materi, tetapi juga menciptakan ruang di mana peserta merasa nyaman dan didukung. Hal ini menjadi landasan untuk meningkatkan keterlibatan, interaksi dan semangat belajar.
3. Kenapa “Semangat Pagi”?
Fenomena sapaan “Semangat Pagi!” sering kali digunakan dalam berbagai sesi pembelajaran, baik formal maupun informal. Seringkali, sapaan ini diikuti oleh yel-yel peserta, seperti “Pagi! Pagi! Pagi!” yang bertujuan untuk memompa semangat dan menciptakan interaksi di antara peserta.
Namun, apakah sapaan ini efektif meskipun disampaikan di luar konteks waktu pagi. Apakah “Semangat Pagi” masih relevan jika digunakan di sesi siang, sore, atau malam? Bagi sebagian orang, pagi mungkin adalah waktu paling produktif dan penuh energi. Namun, bagi yang lain, mungkin waktu siang atau sore yang lebih mendukung semangat mereka.
Dari perspektif ARCS Model, jika sapaan yang digunakan malah menimbulkan ketidaknyamanan, hal ini dapat menghambat elemen penting dalam proses motivasi, seperti Attention dan Relevance. Ketika sebuah interaksi tidak relevan atau tidak sesuai dengan situasi peserta, motivasi yang diharapkan mungkin justru tidak tercapai.
Di sisi lain, Teori Mayo mengajarkan bahwa interaksi sosial yang baik dapat meningkatkan motivasi, dan sapaan seperti “Semangat Pagi” mungkin dapat menciptakan ikatan sosial dan semangat kolektif, meskipun tidak semua orang merasakan esensinya pada waktu tertentu.
Kesimpulan
Penting untuk setiap leader ataupun trainer yang sedang memimpin sebuah sesi ataupun pelatihan untuk bisa menyesuaikan strategi motivasi dan interaksi dengan konteks dan situasi yang dihadapi. Meskipun sapaan “Semangat Pagi” mungkin memiliki tujuan baik untuk memotivasi, efektivitasnya bisa berbeda-beda tergantung pada waktu dan penerima. Fleksibilitas dalam cara memompa semangat dan membangun interaksi adalah kunci untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman dan produktif.
Tingkatkan Motivasi dan Interaksi Karyawan Bersama Kummara
Kummara hadir untuk membantu banyak perusahaan yang ingin meningkatkan interaksi dan memotivasi karyawan dengan metode game-based learning dan gamifikasi secara offline, online maupun hybrid. Kami menawarkan berbagai gamified learning program yang mungkin sesuai dengan kebutuhan perusahaan Anda. Tersedia berbagai tema mulai dari internalisasi core value, leadership, service excellent dan lainnya.
Referensi:
- Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
- Maslow’s Hierarchy of Needs
- ARCS Model (Prof. John M. Keller)
- Mayo’s Motivational Theory
- WHO: Mental health at work